Ternyata beberapa negara memiliki peraturan khusus untuk rem sepeda, seperti di Amerika, Prancis dan kebanyakan negara Uni Eropa lainnya, mengharuskan setiap sepeda yang dijual memasang rem depan di sebelah kiri, dan rem belakang di sebelah kanan. Tetapi berlaku sebaliknya di Inggris dan Itali. Saya tidak tahu di Indonesia apakah ada peraturan khusus yang mengatur ini, tetapi biasanya di Indonesia pada sepeda dewasa yang dijual rem depan ada di tangan kiri, dan rem belakang ada di tangan kanan.
Walaupun pada beberapa sepeda anak, saya temui sebaliknya, rem depan di kiri, dan rem belakang di kanan.
Banyak cerita dan alasan kenapa bisa berbeda posisi rem pada sepeda.
Berikut cerita menurut sejarah sepeda. Dulu di Prancis, sepeda hanya memiliki satu rem saja, yaitu rem belakang, dan jenis rem awal yang berkembang dan banyak dipakai adalah rim brake. Rim brake zaman dahulu itu tidak sekuat yang ada sekarang, perlu banyak tenaga dan ditekan kuat agar bisa menghentikan sepeda. Karena kebanyakan orang mengggunakan tangan kana, maka rem tangan itu dipasang di tangan kanan. Ketika perkembangan sepeda berlangsung, dan sepeda juga mulai memakai rem depan, maka posisi pada stang yang kosong ada di sisi kiri, maka dipasanglah rem depan di tangan kiri. Di Itali dan Inggris, lebih banyak memakai rem coaster (coaster brake), rem sepeda yang tidak memakai tuas rem tangan, tetapi diatur dengan pengaturan pedal, sehingga mereka lebih memilih rem depan di sisi kanan (sisi tangan yang lebih kuat).
yang benar. Satu pertanyaan yang mungkin mucul, tangan sebelah mana yang mengontrol rem sebelah mana?
Posisi Rem Sepeda Kiri dan Kanan
Oke, cukup dengan sejarah, mana posisi rem yang lebih baik? Baik, tapi sebelumnya kita lihat dulu beberapa penentu dan alasan pemasangan posisi rem pada sepeda:
- Kebiasaan
Mengerem sepeda memerlukan insting, dan kadang refleks, karena sering membutuhkan reaksi yang cepat, tanpa perlu diolah dan diingatkan oleh otak untuk posisi rem depan dan belakang. Apa yang ada di ingatan pada saat insting dan releks itu adalah apa yang menjadi kebiasaan kita. Jika banyak memakai motor (depan kanan – belakang kiri), maka itu yang akan diperintah otak. Atau memang sudah terbiasa memakai sepeda dengan rem depan kiri – belakang kanan, itu juga yang akan diperintahkan otak. - Kekuatan tangan
Hampir semua orang memiliki kekuatan tangan yang berbeda, atau keterbatasan tangan yang membuat satu tangan lebih kuat dibandingkan yang lain. Bisa juga dipengaruhi kondisi rem sepeda yang harus kuat ditekan agar berhenti. Sehingga pemilihan posisi rem juga harus memperhatikan kekerasan tuas, dan keterbatasan kekuatan tangan. - Signaling tangan
Sepeda tidak memiliki lampu tangan, sehingga harus memakai tangan untuk signal atau kode agar orang lain mengerti dan waspada ketika pesepeda akan berbelok atau berhenti. Ketika kita banyak bersepeda di jalan umum, memahami dan menggunakan signal tangan sangat penting dan perlu. Jalur sepeda di Indonesia ada di sisi paling kiri jalan, sehingga umumnya untuk belok ke kiri tidak perlu pindah jalur dan bisa jalan terus, kecuali ada di jalur yang salah. Untuk belok ke kanan atau melaju lurus pada persimpangan, sedangkan sepeda ada di jalur paling kiri, tentunya harus memberikan signal dan aba-aba karena akan mellintas jalur. Pemberian aba-aba/signal dengan tangan kanan, tentunya menyisakan tangan kiri untuk rem. - Jalur kabel sepeda
Untuk sepeda dengan disc brake, posisi disc brake ada di sebelah kiri sepeda (posisi kanan untuk gear). Rem depan di tangan kiri, akan membuat pengaturan kabel yang lebih pendek dan rapi; kalau rem tangan di tangan kanan, perlu kabel yang lebih panjang dan terlihat menyeberang, terlihat kurang rapi kalau tidak dipasang dengan baik. - Teknik mengerem pada sepeda
Untuk menghentikan sepeda secepat mungkin, tentu saja dengan menekan rem sekuat tenaga, sepeda akan berhenti seketika, tetapi tidak dengan pesepedanya, pesepeda bisa terlempar atau terjatuh. Untuk mengetahui langkah-langkah mengerem yang efektif, kita perlu mengenal karakter dari rem sepeda depan dan belakang.
“Dengan menguasai teknik mengerem yang baik dan efektif, akan membuat kita bisa bersepeda lebih kencang”
Dengan menguasai teknik mengerem yang baik dan efektif, akan membuat kita bisa bersepeda lebih kencang. Kenapa bisa? Karena kita akan lebih merasa nyaman dan aman, meningkatkan kepercayaan diri pada kecepatan yang lebih tinggi. Jika kita pernah menabrak atau kecelakaan pada kecepatan tinggi, pasti selanjutnya akan ada kekhawatiran atau trauma pada kecepatan tinggi, sehingga membuat kita cenderung menjaga kecepatan. Tetapi jika kita punya teknik pengereman yang baik, pada jalan turunan pun kita pasti berani akan tetap memacu sepeda dan menambah kecepatan.
Semakin cepat sepeda, semakin kuat kita harus mengerem. Perbandingan kecepatan dan kekuatan mengerem tidak linear, kekuatan yang dibutuhkan untuk menghentikan sepeda pada 20km/jam, bukan dua kali lipat dari kekuatan yang dibutuhkan untuk menghentikan sepeda pada 10km/jam. Energi atau kekuatan mengerem menggunakan rumus fisika dasar E=mv², energi berbanding kuadrat dengan kecepatan.
Berikut langkah-langkah untuk mengurangi dan menghentikan kecepatan sepeda dengan cepat dan aman:
- Mulai dengan rem belakang, tekan dengan perlahan; lalu disusul dengan rem depan, tekan lebih kuat daripada kekuatan pada rem belakang.
- Posisikan badan ke belakang. Dengan bertumpu pada pedal (atau berdiri di pedal), naik dari tempat duduk, dan posisikan badan sejauh dan serendah mungkin ke belakang, dengan kedua tangan tetap memegang rem. Hal ini perlu untuk menjaga keseimbangan sepeda, dengan memindahkan titik berat ke balakang, karena pemakaian rem depan akan menarik sepeda ke depan.
- Jaga pandangan tetap ke depan, dan jaga keseimbangan.
- Posisikan tangan untuk menahan pada handlebars /stang, tumpu tangan untuk menahan badan agar tetap di belakang dan tidak tertarik ke depan. Tekan rem depan lebih kuat lagi.