Selamat ulang tahun Carolina Marin. Suporter bulu tangkis Indonesia sudah sangat akrab dengan pemain tunggal putri asal daratan Eropa ini. Teriakannya yang khas saat berhasil mencetak poin di lapangan telah menjadi cirinya sendiri. Carolina Marin memang kerap berteriak lantang saat berhasil menambah angka. Entah kegirangan atau menyemangati diri sendiri.
Pemain bernama asli Carolina Maria Marin Martin ini dilahirkan di Huelva, Spanyol pada 15 Juni 1993 silam. Awalnya Marin adalah seorang penari Flamenco.
Marin pertama kali mengenal bulu tangkis ketika melihat temannya bermain bulu tangkis. Sejak saat itu Marin merasa tertarik dan mencoba berlatih serius. Keseriusannya diwujudkan dengan bergabung di klub IES La Orden yang terletak di tempat kelahirannya.
Tahun 2009 menjadi awal karir profesionalnya. Pemain kidal ini pertama kali memenangkan kejuaraan internasionalnya saat berhasil meraih medali perak di European Junior Championships. Masih di tahun yang sama Marin berhasil meraih medali emas untuk ajang European U-17 Junior Championships. Irish International 2009 menjadi turnamen pertama yang dimenangkannya.
Di usianya yang baru 21 tahun di tahun 2014 lalu, Marin menjadi pebulutangkis Eropa termuda yang berhasil memenangkan ajang BWF World Championships. Saat itu Marin bertemu tunggal putri Cina, Li Xuerui, di final. Marin sekaligus menjadi pemain Spanyol pertama dan bersama Lene Koppen (1977) dan Camilla Martin (1999) menjadi salah satu pebulutangkis putri Eropa yang memenangkan ajang tersebut.
Gelar Super Series pertamanya diraih saat dirinya keluar sebagai juara All England 2015. Di tahun yang sama Marin kembali mempertahankan gelar BWF World Championshipsnya setelah mengalahkan Saina Nehwal di babak final. Gelar Super Series lainnya seperti Malaysia Open, Australian Open, French Open dan Hong Kong Open turut berhasil Marin bawa pulang.
Pencapaian gemilang di tahun 2015 tampaknya belum memuaskan Marin. Setahun kemudian, di ajang pesta olahraga terbesar, Olimpiade Rio Brazil, Marin berhasil memenangkan medali emas setelah bertarung tiga set melawan wakil India, P. V Sindhu.
Sayangnya tahun 2017 Marin harus menderita cedera dan terpaksa batal berpartisipasi dalam ajang Dubai World Superseries Finals. Marin menderita cedera pinggul saat melawan Michelle Li yang memaksanya harus mundur dari pertandingan tersebut.
Pasca cedera, Marin kembali ke lapangan. Awal tahun 2018 Marin kembali memenangkan gelar European Championshipsnya untuk keempat kalinya.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya di bulan Agustus, Marin mencatatkan sejarah sebagai pebulutangkis putri pertama yang memenangkan turnamen BWF World Championships sebanyak tiga kali. Di ajang tersebut Marin berhasil memupuskan harapan P. V Sindhu dalam dua set langsung.
Tahun ini tampaknya bukan tahun Carolina Marin. Awal tahun Marin harus dihadapkan dengan cedara parah saat bertemu Saina Nehwal di ajang Daihatsu Indonesia Masters Januari lalu. Marin bahkan harus menjalani operasi rekonstruksi ACL (Anterior Cruciate Ligament) di Spanyol.
Cedera tersebut memaksanya istrahat total beberapa bulan belakangan dan melewatkan banyak turnamen. Semoga setelah menempuh proses pemulihan yang menunjukkan progres menggembirakan, Marin dapat segera kembali ke lapangan dan meramaikan persaingan pebulutangkis putri.