Kesuksesan Real Madrid di ajang liga champions pastinya mengundang pembicaraan publik. Pasalnya, klub berjuluk los blancos tersebut mampu menyabet gelar ucl 4 kali dalam 5 musim. Bahkan di tiga musim terakhir Madrid sukses meraih trofi tiga kali berturut-turut. Menariknya, yang berhasil menjegal Madrid menjuarai gelar 5 kali beruntun ialah seteru abadinya yaitu Barcelona. Blaugrana menjadi penguasa liga champions di musim 2014-2015.
Namun sayangnya, pada edisi ucl kali ini Real Madrid harus angkat kaki lebih awal setelah gagal di babak 16 besar. Meskipun begitu, prestasi membanggakan klub ibukota Spanyol tersebut tidak bisa dilupakan. Belum ada lagi klub Eropa yang mampu menyamai rekor yang dibuat Los Galacticos. Bahkan, klub sekelas Barca pun belum tentu mematahkan rekor Real Madrid. 13 gelar liga champions membuktikan jika mereka masih klub terbaik saat ini.
Madrid Lebih Sering Juara, Pique Tidak Peduli
Terkait pertanyaan yang dilontarkan wartawan kepada bek Barcelona, Gerard Pique pada sesi press conference mengenai Madrid yang lebih sering menjadi penguasa Eropa dibanding klub yang dibelanya, Pique bersikap tidak peduli. Ia bahkan tidak mau kalah, tak hanya Madrid saja yang sering juara Barca pun demikian tegas Pique.
Kesuksesan Madrid ia anggap tidak penting, skuat Barca tidak pernah memperdulikan keberhasilan seteru abadinya. Mereka cenderung lebih memperhatikan kondisi internal tim dibandingkan mengurusi urusan klub lain. Pique sering dianggap tokoh antagonis bagi publik Santiago Bernabeu, sikapnya terkadang mempojokkan Madrid yang kemudian membuat situasi memanas.
Kepada Marca Pique berpendapat “Kami tidak peduli dengan apa yang sudah dimenangkan Real Madrid, sebab hal yang berlalu biarlah berlalu dan sejarah demikian adanya. Setelah itu Pique kembali melontarkan pernyataan “Mereka telah menjuarai turnamen ini [Liga Champions] beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, sementara kami meraih gelar juara lainnya.
Persaingan El Classico Tidak Pernah Mereda
Terkait tanggapan pedas Gerard Pique semakin menambah atmosfir persaingan el classico. Bahkan di musim-musim sebelumnya, kedua kubu saling mengungkapkan emosinya baik di lapangan hijau atau pun di luar stadion. Di lapangan kita semua tahu jika persaingan antara Madrid dan Barcelona pasti dipenuhi tensi yang tinggi, banyaknya kartu kuning yang dikeluarkan wasit cukup membuktikan jika laga ini syarat gengsi.
Persaingan antar pemain juga terlihat di luar lapangan, dari kubu Madrid misalnya. Sergio Ramos beberapa kali membuat emosi tim cataland melalui pernyataannya di media sosial. Begitu pun para pemain Barca, bahkan beberapa media mengatakan jika pemain Barcelona didoktrin untuk membenci Real Madrid.
Komentar pedas Gerard Pique mengenai banyaknya gelar liga champions yang diraih Madrid tentu semua itu tak lepas dari strateginya memanaskan kembali persaingan. Di luar lapangan sebenarnya pemain Madrid dan Barca menghormati satu sama lain. Kita selaku fans harus begitu juga bukan?