Cek Berita sepak bola terbaru dari berbagai belahan dunia dan liga – liga top eropa, amerika latin dan sebagainya.
[sc name=”sepakbola_topstaticlink”]
Cek Berita sepak bola terbaru dari berbagai belahan dunia dan liga – liga top eropa, amerika latin dan sebagainya.
[sc name=”sepakbola_topstaticlink”]
Menilik sejarah Premier League, rivalitas Liverpool dan Manchester City tidak seintens rivalitas Liverpool kontra Everton atau Manchester City kontra Manchester United. Namun dalam kurun waktu dua musim belakangan ini laga yang mempertemukan Liverpool kontra Manchester City menjadi laga paling intens di Inggris bahkan Eropa.
Setiap laga Liverpool kontra Manchester City selama dua musim terakhir layak untuk ditonton. Dua tim yang sedang dalam masa jayanya dan dilatih oleh pelatih – pelatih terbaik dunia.
Dengan City yang saat ini berjarak 6 poin dari The Reds, kedua tim yang akan bertemu di Anfield menjadi laga yang paling dinantikan musim ini. Jurgen Klopp dan anak asuhnya tentu akan mati-matian menjaga asa mereka di klasemen atas, sementara Pep Guardiola dan tim tentu saja membidik kesempatan untuk lebih dekat pada rival mereka.
Melansir Sportskeeda, berikut tiga alasan Liverpool akan unggul dalam pertarungan ini.
Faktor Anfield
Terakhir kali Liverpool kalah di kandang sendiri adalah 23 April 2017 lalu, saat itu Liverpool dikalahkan Crystal Palace. Ini artinya Jurgen Klopp dan timnya kalah di rumah sendiri 862 hari yang lalu.
Ini rekor tersendiri yang belum tersaingi oleh tim manapun di Inggris. Sementara Manchester City baru saja kalah di kandang sendiri beberapa minggu lalu.
Tugas yang dihadapi Guardiola dan anak asuhnya sangat besar. Anfield dikenal sebagai stadion yang punya atmosfer tersendiri, bahkan beberapa tim lawan dan pelatih menjulukinya memiliki aura “jahat”. Guardiola pasti paham akan hal ini, dimana setahun lalu, City ditekuk Liverpool 1 – 4 dan mengakhiri catatan tak terkalahkan City saat itu.
Pertemuan kedua tim di ajang Liga Champions di stadion yang sama pun berakhir tragis untuk City setelah kalah 3 – 0. Dari sini dapat ditarik kesimpulan, saat City bertandang ke Anfield hari Minggu nanti, City bukan hanya menghadapi 11 orang yang tengah menanjak permainannya, namun juga 50.000 pendukung yang tentunya semakin membuat aura angker Anfield terasa.
Absennya Aymeric Laporte Berdampak Pada Rawannya Barisan Belakang City
Absennya Aymeric Laporte sangat krusial bagi City, walaupun Liverpool mengalami kendala yang sama dengan absennya Joel Matip, salah satu bek tengah terbaik di Premier League saat ini.
Sejak terikat dengan City setahun lalu, Laporte tidak diragukan lagi menjadi pemain belakang terbaik untuk City. Absennya Laporte akan sangat dirasakan oleh City. Kehadirannya di barisan belakang dengan kemampuan passing yang mumpuni tentu sangat dibutuhkan City.
Sejak Laporte cedera, City sejauh ini telah kehilangan enam poin di Premier League. Dua kekalahan yang diderita City saat bertemu Norwich City dan Wolves. Bayangkan jika City bertemu Liverpool.
Walaupun barisan pertahanan Liverpool tidak sekuat musim lalu, The Reds bermain baik sejauh ini dan hanya kehilangan poin saat bertemu Manchester United. Sementara barisan pertahanan City akan lebih terbuka dengan absennya Laporte yang tentunya keuntungan untuk anak asuh Jurgen Klopp.
Mental Monster – Liverpool Belum Terkalahkan Sejauh Ini
The Reds mengoleksi gol menit – menit terakhir lebih banyak daripada klub lainnya dalam sejarah Premier League. Liverpool juga telah merasakan kekalahan sekali dalam 43 laga terakhir mereka di Premier League. Rekor yang belum dicapai klub manapun.
Walaupun tidak bermain sebaik musim lalu, The Reds telah mengumpulkan 31 poin dari 33 poin musim ini dan belum terkalahkan. Tidak diragukan bahwa Liverpool belum menghadapi lawan sehebat Manchester City, namun dengan kemampuan dan mental mereka, Liverpool seharusnya menjadi favorit juara di laga ini.
Mengingat performa Arsenal yang kurang baik akhir – akhir ini, banyak pihak yang meragukan mereka untuk memenangkan trofi Liga Eropa musim ini. Namun kurang bijak jika mengatakan Arsenal tak mampu berbuat apa – apa.
Melansir Sportskeeda, berikut tiga alasan Arsenal mampu memenangkan trofi Liga Eropa musim ini.
Unai Emery pernah berjaya dimasanya dengan catatan gemilang di kompetisi Liga Eropa. Unai Emery membawa Sevilla menjuarai Liga Eropa 2013/2014 dan setahun kemudian 2014/2015.
Setelah sukses dengan Sevilla, Unai Emery kemudian dipercaya melatih PSG, yang kemudian membawanya mendarat di Arsenal. Musim pertamanya di Arsenal, Unai Emery mengulang kesuksesannya saat bersama Sevilla dengan mengantarkan Arsenal ke babak final Liga Eropa musim 2018/2019. Walaupun pada akhirnya Arsenal harus kalah dari Chelsea dengan skor 4 – 1.
Dulu Arsenal merupakan bagian dari sebuah grup di Premier League yang dinamakan “top four”. Grup ini berisikan tim – tim elit Premier League yang selalu menjadi langganan Liga Champions tanpa bersusah payah.
Beberapa waktu berlalu, grup ini tidak lagi terdiri dari empat tim setelah bergabungnya Tottenham Hotspurs berkat progres yang stabil serta Manchester City yang mendapatkan suntikan dana segar.
Arsenal sendiri lolos kualifikasi fase grup Liga Champions terhitung sebanyak 21 kali sejak 1996 hingga 2017. Kegagalan pertamanya lolos kualifikasi terjadi pada musim 2017/2018. Sejak saat itu telah tiga musim Arsenal gagal bergabung di Liga Champions. Tampaknya Arsenal pun kesulitan untuk kembali bergabung dengan “top four” musim ini.
Permasalahan keuangan yang melanda Arsenal sepertinya mengharuskan mereka bekerja ekstra keras untuk kembali berpartisipasi dalam Liga Champions. Liga Eropa akan menjadi jalan terbaik bagi Arsenal untuk mewujudkan mimpi musim depan yakni bergabung kembali di Liga Champions. Demi mimpi ini Arsenal pasti akan tampil habis-habisan.
Sulitnya lolos kualifikasi Liga Champions via liga domestik dan insentif yang diperoleh berupa lolos kualifikasi secara otomatis ke Liga Champions dengan memenangkan Liga Eropa artinya hari – hari bagi Shakhtar Donestk dan Zenit St. Petersburg merajai Liga Eropa akan segera berakhir.
Terlepas dari segala kesulitan yang mendera Arsenal selama beberapa tahun terakhir, Arsenal masih sebuah klub yang dihuni para pemain kelas dunia. Bersandar pada kenyataan tersebut akan mudah bagi Arsenal mengamankan tiket kualifikasi Liga Champions dengan presentase kemenangan di Liga Eropa hampir 99 persen.
Dalam sepakbola jamak adanya jika tim – tim besar lebih sering meraih kemenangan dibandingkan klub kecil. Walaupun tentunya akan selalu ada pengecualian dalam hal tersebut seperti yang kerap terjadi saat ini.
Berkaca pada beberapa tim yang saat ini berpartisipasi di Liga Eropa, hanya sederet nama tim yang benar – benar dapat dianggap lawan sejati bagi Arsenal, sebut saja Manchester United dan Sevilla. Sisanya masih bisa dikatakan belum mencapai level Arsenal.
Tidak seperti halnya di Liga Champions dimana klub yang berkompetisi hampir seimbang dari segi kekuatan dan banyak hal lainnya, hal seperti ini tidak terjadi di Liga Eropa. Kompetisi yang terjadi di Liga Eropa serta hasilnya menjadi bukti nyata.
Jika Arsenal mencurahkan perhatian mereka dengan penuh kesungguhan hati untuk memenangkan Liga Eropa musim ini, maka hampir tidak ada klub yang menghentikan mereka untuk mewujudkan hal tersebut.
Barcelona saat ini sedang dalam misi berburu gelar keenam UEFA Champions League dan yang pertama sejak berada di bawah asuhan Ernesto Valverde. Lionel Messi sebelumnya menjanjikan para suporter Barcelona di awal musim 2018-2019 bahwa Barcelona akan melakukan apapun untuk mengembalikan trofi tersebut ke Camp Nou.
Suporter tentu butuh untuk diyakinkan setelah berkaca pada kekalahan memalukan saat Barcelona bertemu AS Roma di babak semifinal Liga Champions. Lionel Messi memang tampak yakin dengan janjinya, namun Barca pernah mengulang sejarah dengan kalah dari Liverpool.
Di lain pihak Barcelona menjadi pemuncak LaLiga saat ini dan telah mengoleksi gelar juara sebanyak delapan kali dalam sebelas tahun terakhir. Namun fokus mereka saat ini pada UCL dan Barcelona memberi tanda bahwa mereka akan mengakhiri kutukan dan memenangkan gelar ganda di musim ini.
Melansir dari Sportskeeda, berikut ini tiga alasan mengapa Barcelona akan mampu menjuarai Liga Champions dan LaLiga musim ini.
#3 Skuat Yang Sama Rata
Barcelona akhirnya mendapatkan keseimbangan yang selama ini dibutuhkan dengan adanya tambahan pemain Antoine Griezmann, Frenkie de Jong, Junior Firpo, Ansu Fati dan Carles Perez.
Musim lalu Barcelona susah payah karena tidak memiliki pengganti Jordi Alba yang tampak mengkhawatirkan di akhir musim. Namun Ernesto Valverde mengatasinya dengan mendatangkan Junior Firpo.
De Jong sendiri mampu bekerja sama dengan Sergio Busquets dan Arthur di tengah lapangan. De Jong tampak menyatu dengan skuat dan seperti telah bermain lama untuk Barcelona.
Sementara itu, Griezmann bersama Fati dan Perez mengendalikan barisan depan. Messi yang sepertinya telah kembali ke kondisi terbaiknya menjadikan barisan depan Barca semakin menakutkan.
#2 Belajar Dari Kesalahan Masa Lalu
Barcelona hampir saja memenangkan UCL sayangnya gagal di akhir. Raksasa Spanyol ini memang konsisten di liga domestik namun susah payah tampil konsisten di UCL. Barcelona tampak kehabisan napas saat menapaki babak penentuan UCL yang seharusnya menjadi perhatian tim.
Namun begitu, Valverde tampaknya telah belajar dari kesalahan di masa lalu dan berusaha merotasi timnya untuk menjaga para pemainnya tetap fit, termotivasi serta bertenaga di babak – babak penentuan.
Valverde bahkan memperkuat posisi yang menjadi kelemahan Barca musim lalu. Griezmann menjadi pengganti jangka panjang yang ideal bagi Suarez dan telah terbukti untuk itu.
De Jong pun tanpa kendala saat menggantikan Phillipe Coutinho. Laga tandang Barcelona pun mendulang hasil positif di liga domestik. Barcelona berkembang di musim ini dan begitu pula dengan kepercayaan diri para pemainnya.
#1 Lionel Messi Mulai Kembali Pada Kondisi Terbaiknya Setelah Sembuh Dari Cedera
Cederanya Messi menjadi kekhawatiran sendiri bagi Barcelona. Namun pemain berusia 32 tahun ini pelan – pelan mulai kembali ke kondisi terbaiknya. Messi bahkan telah mencetak empat gol dan empat assists hanya dalam lima penampilannya di LaLiga.
Walaupun kalah di UCL musim lalu, Messi saat itu sukses mencetak 12 gol dan tertinggi sepanjang turnamen tersebut. Ia juga sukses meraih Golden Boot tahun lalu karena catatan 36 golnya di LaLiga.
Untuk kemenangan Barcelona, kehadiran Messi adalah keharusan. Dengan kepemimpinan Messi di barisan depan, kemungkinan untuk kemenangan ganda di musim ini terbuka lebar.
Persebaya Surabaya kedatangan pelatih baru setelah sebelumnya Wolfgang Pikal, pelatih asal Austria memutuskan mengundurkan diri. Keputusan ini dikarenakan kekalahan Persebaya Surabaya saat bertemu PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya pada Selasa (29/10) lalu.
Pengunduran resmi Wolfgang Pikal diumumkan lewat situs resmi Persebaya. Dilansir dari Tempo, Wolfgang Pikal mengucapkan terima kasih pada Persebaya, manajemen dan pelatih serta menyampaikan secara resmi pengunduran dirinya per 30 Oktober sebagai pelatih kepala Persebaya. Menurutnya hal ini merupakan bagian dari risiko sebagai seorang pelatih kepala.
Sebelum dilatih Wolfgang Pikal, Persebaya terlebih dahulu berada di bawah asuhan pelatih Djadjang Nurdjaman. Pikal kemudian resmi menjadi bagian dari kepelatihan Persebaya pada 31 Agustus lalu setelah pemberhentian Djadjang Nurdjaman.
Sebelum resmi menjadi kepala pelatih Persebaya, Pikal sebenarnya direkrut sebagai asisten pelatih Alfred Riedl. Namun hal tersebut batal karena Riedl mesti menjalani operasi sehingga Pikal menggantikan posisi yang seharusnya diisi Alfred Riedl.
Persebaya di bawah kepelatihan Wolfgang Pikal sukses tampil mengesankan. Persebaya sukses meraih satu poin saat bertemu Kalteng Putra di laga tandang mereka. Bermain di markas PSIS Semarang, Persebaya meraih kemenangan dengan skor 4 – 0. Bertemu Bali United pun Persebaya sukses menahan imbang dengan skor 1 – 1.
Sayangnya Persebaya gagal mempertahankan performa apiknya akhir – akhir ini. Dari lima laga yang dilakoni, tiga laga berakhir dengan kekalahan serta sisanya imbang.
Wolfgang Pikal berharap Persebaya mampu bangkit kembali dan berprestasi. Ia mengharapkan yang terbaik untuk Persebaya kedepannya.
Sementara itu setelah kepastian mundurnya Wolfgang Pikal, Persebaya mengumumkan nama Aji Santoso sebagai pengganti Pikal untuk mengisi kursi pelatih kepala Persebaya.
Aji Santoso sebenarnya pernah ditawarkan untuk melatih Persebaya sebelumnya namun saat itu situasinya belum memungkinkan. Ia mengaku menerima kesempatan ini dengan pertimbangan yang telah dipikir matang – matang.
Aji Santoso bukan nama baru untuk Persebaya Surabaya. Pada musim 1996/1997 Ia yang saat itu bertindak sebagai kapten tim sukses mengantarkan Persebaya sebagai juara Liga Indonesia. Setelahnya pada periode 2009/2010 Aji Santoso kembali sukses mengantarkan Persebaya melalui babak play-off ISL sebagai caretaker. Terakhir menjadi mengarsiteki Persebaya di era IPL.
Menjabat sebagai pelatih kepala Persebaya yang baru Aji Santoso tidak sempat bersantai karena pertandingan melawan PSM Makassar telah menanti. Rencananya pertemuan Persebaya kontra PSM Makassar akan digelar di Stadion Batakan, Balikpapan pada November mendatang.
Menurut Aji Santoso yang perlu dipersiapkan dan dibenahi adalag mental para pemain, cara bermain serta fighting spirit mereka. Ia mengaku hal tersebut tentu akan butuh waktu. Ia pun menambahkan akan membagikan filosofinya pada para pemain Persebaya.
Penunjukkan Unai Emery sebagai manajer Arsenal musim lalu mengejutkan suporter Arsenal menyusul alasan kurangnya antisipasi publik Arsenal pada manajer asal Spanyol ini.
Musim pertamanya bersama Arsenal tak ada yang berharap apapun pada seorang Unai Emery. Tidak sebelum Emery membuktikan diri. Suporter Arsenal pun akhirnya berani untuk menaruh harapan besar pada Emery di musim ini. Apalagi menilai pada capaiannya musim lalu serta besarnya uang yang dirogoh Arsenal untuk mendatangkan pemain.
Kedatangan Nicolas Pepe, David Luiz, Kieran Tierney dan Gabriel Martinelli, menjadikan harapan publik Arsenal kian melambung tinggi. Sayangnya apa yang terjadi di lapangan kadang kala tak semulus harapan.
Arsenal memang berada di posisi kelima klasemen sementara saat ini, namun penampilan Arsenal di beberapa laganya tidak cukup meyakinkan. Bahkan kabar didepaknya Unai Emery pun mulai berhembus akibat kurang mampu membawa perubahan yang signifikan di tubuh Arsenal.
Melansir Sportskeeda, berikut ini tiga kesalahan utama Emery selama melatih Arsenal di musim ini.
#1 Mendaulat Granit Xhaka Sebagai Kapten Tim
Granit Xhaka memasuki musim keempatnya bersama Arsenal dan cukup adil jika mengatakan Xhaka belum berbuat banyak untuk timnya dan tentunya bukan favorit para suporter. Kedatangannya ke Arsenal dibanderol dengan harga mahal dan ada harapan besar yang dibebankan padanya yang sayangnya tidak berjalan lancar.
Xhaka dikenal sebagai pemain yang kadang memperlambat tempo permainan, membuat passing yang tak masuk akal dan sering membuat kesalahan. Tidak heran jika suporter Arsenal geram saat Emery mendaulatnya sebagai kapten.
Biasanya pemain akan terbiasa dengan kondisi diklubnya setelah beberapa waktu berlalu dan akhirnya beradaptasi. Namun Xhaka tak berubah sama sekali. Beberapa laporan bahkan mengesankan Xhaka memang tidak cocok dengan gaya bermain di Inggris.
Suporter Arsenal telah berbesar hati memberikan Xhaka kesempatan untuk menjadi kapten tim namun tidak dipungkiri dalam hati para suporter mengakui bahwa Xhaka bukanlah pilihan yang tepat.
#2 Lucas Torreira Tidak Dimainkan Pada Posisinya Yang Seharusnya
Saat Arsenal akhirnya mencapai kesepakatan dengan Lucas Torreira, suporter Arsenal senang bukan main karena akhirnya mendapatkan gelandang bertahan top dunia yang mampu bermain seperti pemain kaliber dunia lainnya, Patrick Vieira atau Gilberto Silva.
Setelah penampilannya yang fantastis di musim pertamanya bersama Arsenal, para suporter percaya musim kedua Torreira akan sehebat musim pertamanya. Namun Emery entah kenapa mulai memainkan Torreira di posisi yang berbeda dan akhirnya mempengaruhi tim.
Sekembalinya dari membela tim nasional Uruguay di Copa America 2019, Emery hanya menurunkannya di kompetisi kejuaraan dan jarang melibatkannya di liga utama. Ini menjadi satu kesalahan lain Emery pada Arsenal musim ini.
Emery menyaksikan sendiri performa brilian Torreira pada musim lalu saat dirinya masih berada di posisi yang seharusnya. Cepat atau lambat Emery sebaiknya menyadari apa yang telah dilakukannya sebelum kehilangan pekerjaannya.
#3 Tidak Menurunkan Mesut Ozil Sama Sekali
Penampilan Mesut Ozil musim lalu bersama Arsenal memang jauh dari kata memukau. Ozil hanya berhasil mencetak enam gol dan tiga assists dari 35 penampilannya. Namun tidak ada yang menyangkal bahwa Ozil menjadi salah satu playmaker paling kreatif di muka bumi.
Untuk beberapa hal, keputusan Emery untuk mencadangkan Ozil merupakan langkah tepat di musim lalu. Namun penampilan impresif Ozil di pramusim menjadi asa bagi para suporter untuk memainkan Ozil musim ini.
Ozil mungkin tidak berada dalam kondisi terbaiknya saat ini, namun pemain asal Jerman ini masih mampu untuk memberikan yang terbaik. Kurangnya kreatifitas Arsenal di lapangan saat ini, seharusnya menjadi alasan utama untuk menurunkan Ozil.
Tak ada yang meragukan fakta bahwa Manchester United dan Chelsea merupakan dua klub besar di Inggris dengan sejarah keduanya saat ini menempatkan kedua tim ini sebagai rival domestik karena seringnya bersaing untuk memperebutkan trofi utama.
Status keduanya sebagai rival terkadang membuat para suporter masing – masing klub saling meremehkan satu sama lain dan hampir tidak terpikirkan para pemain tiap klub ini menyeberang ke salah satunya.
Meskipun begitu aroma persaingan di antara United dan Chelsea tidak seintens persaingan Clasico di Spanyol atau Manchester United – Liverpool yang mana pemain yang menyebrang ke klub saingan akan menjadi musuh utama para suporter.
Kenyataannya ada beberapa pemain yang pernah bermain untuk United dan Chelsea dan sukses meraih simpati dari masing – masing suporter kedua klub tersebut.
Totalnya ada 11 pemain yang pernah berganti seragam kebesaran kedua klub ini, dengan delapan pemain bermain di era Premier League. Melansir Sportskeeda, berikut ini adalah lima pemain top yang pernah membela kedua klub.
#5 Paul Parker – Manchester United (1991-1995), Chelsea (1997)
Paul Parker merupakan salah satu pemain bek tengah top di Inggris. Paul Palker pernah beberapa kali bermain untuk posisi yang berbeda di lapangan di level klub, namun di tim nasional Palker adalah pilihan utama bek kanan saat sukses mengantar Inggris ke semifinal Piala Dunia 1990 di Italia.
Sebelum bergabung dengan United Palker terlebih dahulu beken di QPR (Queen Park Rangers) dengan stabil di posisi bek tengah (walaupun Walker bukan yang tertinggi untuk posisi bek tengah).
Menyusul kepindahannya ke Old Trafford pada musim panas 1991, Parker bertransformasi dalam hal posisi dan menjadi salah satu ujung tombak Manchester United di awal Premier League.
Dibawah kepelatihan Ferguson, Parker sukses memenangkan total 5 trofi juara termasuk dua gelar Premier League sebelum harus kehilangan tempat di tim dan tergantikan oleh Gary Neville.
Petaka cedera dan bersamaan dengan bersinarnya Gary Neville semakin mengurangi pengaruhnya didalam tim, Parker pun hengkang dari United. sebelum akhirnya bergabung dengan Chelsea di tahun 1997, Parker sempat bermain untuk Derby County, Sheffield United dan Fulham.
Karirnya di Stamford Bridge tak terlupakan, cedera terus menghambatnya dan membatasinya hanya bermain di 4 laga untuk Chelsea dalam semusim.
#4 Romelu Lukaku – Chelsea (2011-2015), Manchester United (2017-2019)
Romelu Lukaku diboyong dari Anderlecht ke Chelsea dengan nilai transfer 17 juta Euro pada musim panas 2011. Sayangnya Lukaku gagal membuktikan kemampuannya di musim pertamanya bersama Chelsea dan harus rela dipinjamkan ke West Brom.
Chelsea kembali memakai jasanya setelah melihat pembuktian performa Lukaku di West Brom. Tahun 2013 Lukaku kembali menjadi pemain pinjaman, kali ini di Everton akibat penaltinya yang gagal saat melawan Bayern Munich di UEFA Super Cup yang menyebabkan kekalahan Chelsea.
Total Lukaku hanya berlaga untuk Chelsea di lima pertandingan tanpa gol selama empat musim sebelum akhirnya tiba di Manchester United pada musim panas 2017. Lukaku menjadi penyerang termahal di musim itu dalam sejarah Premier League. Sayangnya selama berada di United Lukaku seperti tidak dihargai sama sekali dan akhirnya memutuskan pindah ke Inter Milan.
# Mark Hughes – Manchester United (1980-1986, 1988-1995), Chelsea (1995—1998)
Mark Hughes mungkin menjadi satu pemain yang benar – benar dicintai oleh kedua suporter United dan Chelsea atas jasa – jasanya. Di Manchester United Hughes membesarkan namanya. Ia sukses membuktikan kemampuannya sepanjang tahun 1980-1986 dan 1988-1995.
Di bawah manajemen Sir Alex Ferguson, Mark Hughes membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari skuat United sejak era awal Premier League dan kerjasamanya dengan Eric Cantona di barisan depan mampu membuat barisan pertahanan lawan kocar – kacir.
Mark Hughes memenangkan 11 trofi kejuaraan saat membela United sebelum berpindah ke Chelsea di tahun 1995. Saat mendarat di Chelsea, Chelsea belum sebesar sekarang. Peran Mark Hughes salah satunya yang membesarkan Chelsea dan membantu mengakhiri puasa 26 tahun Chelsea dengan memenangkan trofi Piala FA di tahun 1997.
Kesuksesannya bersama Chelsea dan kerjasama yang apik dengan Gianfranco Zola menjadi salah satu memori indah yang dikenang para suporter Chelsea hingga saat ini. Setelah pensiun, Mark Hughes memutuskan berkarir di manajemen sepakbola dan terbukti sukses.
#2 Nemanja Matic, Chelsea (2009-2011, 2014-2017), Manchester United (2017- )
Nemanja Matic menjadi salah satu gelandang terbaik dunia dalam tiga musimnya bersama Chelsea. Nemanja Matic pertama kali mendarat di Chelsea pada tahun 2009 namun gagal mendapatkan tempat utama sebelum membuktikan dirinya bersama Benfica dan ditarik kembali ke Chelsea di tahun 2014.
Di kali keduanya bergabung bersama Chelsea, Matic tampil dalam 36 penampilan dan memenangkan gelar pertamanya dalam lima tahun di bawah kepelatihan Jose Mourinho.
Dua musim kemudian Matic semakin menunjukkan kemampuannya dan tampil di 151 pertandingan dan menjadi salah satu pemain terbaik di Chelsea. Namun entah kenapa manajemen Chelsea memutuskan menjualnya ke United.
Bersama United, Matic menjadi pemain tetap dimusim pertamanya. Bermain dalam 36 pertandingan, Matic tampaknya mulai dibayang-bayangi kehadiran Scott McTominay di barisan tengah lapangan.
#1 Juan Mata – Chelsea (2011-2014), Manchester United (2014– )
Selain Nemanja Matic, Juan Mata menjadi salah satu pemain yang penjualannya ke Manchester United dipenuhi tanda tanya banyak pihak. Pasalnya Juan Mata dianggap sebagai salah satu pemain terbaik Chelsea dan bahkan mendapatkan Chelsea Player of the Year di musim pertamanya bersama Chelsea.
Juan Mata dianggap sebagai salah satu pemain berjasa di Chelsea yang pernah membawa Chelsea memenangkan Liga Champions di tahun 2012.
Bersama Manchester United, Mata sukses merebut simpati para suporter Setan Merah dan bermain di 200 pertandingan dalam semua kompetisi yang diikuti United serta memenangkan Liga Eropa, Piala FA dan Piala Liga.
Tim terbaik dibentuk dengan fondasi yang kokoh, walaupun tidak yakin tim berikut dalam daftar kali ini dapat dianggap tim terbaik seperti yang dimaksud. Dalam sejarah Premier League barisan pertahanan yang cerdik kerap kali terlihat, namun dalam daftar berikut ini seperti dikutip dari The Football Faithful akan disajikan tim dengan pertahanan terburuk.
Wolves – 2011/12 – 82 gol
Masa – masa buruk bagi klub asal Midlands ini yang mengakhiri musim di Premier League dengan berada di klasemen bawah dan hanya memenangkan lima pertandingan dalam semusim.
Wolves sebenarnya mengoleksi gol lebih banyak dibandingkan Stoke City dan Aston Villa yang sanggup bertahan, namun barisan belakang yang bocor yang mengantarkannya mereka pada 82 gol akhirnya membuat Wolves terdegradasi.
Manajer Mick McCarthy digantikan Terry Connor pada bulan Februari walaupun kedua manajer tersebut tampaknya tidak memiliki solusi untuk masalah utama mereka, barisan pertahanan.
Burnley – 2009/10 – 82 gol
Burnley pernah berada dalam mimpi buruknya hampir satu dekade lalu. Klub berjuluk The Clarets ini tiba di Premier League di musim 2009/10 untuk pertama kalinya, sangat bersemangat menatap musim di kelas utama mereka dalam 33 tahun.
Sayangnya kegembiraan tersebut tak bertahan lama. Koleksi 82 gol memaksa Burnley kembali terdegradasi setelah mengakhiri musim di posisi ke-18. Kekalahannya atas Manchester City 6 – 1 menjadi yang kekalahan terburuk di musim itu.
Fulham – 2013/14 – 85 gol
Musim 2013/14 pertama kalinya Manchester City dan Liverpool mencetak gol terbanyak di liga. Di musim dengan gol – gol berhamburan tampaknya Fulham pun tidak ingin tinggal diam.
Sayangnya klub asal London Barat itu mengoleksi gol dalam artian yang berbeda dikarenakan buruknya barisan pertahanan mereka. Kondisi ini memaksa Fulham harus rela melepas statusnya sebagai klub liga utama.
The Cottagers membukukan 85 gol yang mengantarkan mereka pada zona degradasi setelah bertahan selama 13 tahun di Premier League.
Derby County – 2007/08 – 89 gol
Mungkin tidak ada satupun tim dalam sejarah Premier League yang pernah berada dalam kondisi terburuk seperti yang dialami oleh Derby County di musim 2007/08. Klub asal bagian tengah negara ini memecahkan rekor untuk alasan yang buruk.
Derby County bahkan mencatatkan rekor yang tak diinginkan klub manapun termasuk rekor poin terendah dengan hanya mengoleksi 11 poin.
The Rams mengoleksi 89 gol hanya untuk mengantarkan mereka pada zona degradasi, rekor dengan 38 laga dalam semusim, dengan poin terendah di musim tersebut yang dihasilkan dari 32 pertandingan tanpa kemenangan yang salah satunya saat kalah 6 – 0 dari Aston Villa di kandang sendiri.
Sejak saat itu Derby County belum terlihat lagi di liga utama.
Swindon Town – 1993/94 – 100 gol
Bagi para pembaca muda, membayangkan Swindon Town di jajaran klub Premier League mungkin agak sulit untuk dilakukan. Mari putar balik ke tahun 1993 saat dimana The Robins sukses menjejak liga utama setelah mencoba selama hampir 73 tahun lamanya.
Swindon Town hanya bertahan semusim di liga utama dengan berakhir di posisi paling bawah dan mengoleksi 100 gol. Gol terbanyak dalam seabad. Pertandingan terburuk mereka saat menghadapi Newcastle yang berakhir dengan skor 7 – 1.
Rekor Swindon Town ini dihasilkan dari 42 pertandingan musim tersebut.
Kemenangan Manchester United 3 – 1 atas Norwich akhir pekan ini menjadi catatan tersendiri bagi para sejarawan dan statistik Premier League, dengan gol midfielder Scott McTominay menjadi gol ke-2000 Manchester United dalam era Premier League.
Gol tersebut berarti menjadikan United klub pertama dalam sejarah kompetisi Premier League yang mencapai angka tersebut. Namun demikian klub manakah yang mencatatkan gol teranyak sejak Premier League digelar ditahun 1992 ? Berikut klub – klub tersebut seperti dilansir dari The Football Faithful.
Tottenham – 1563 gol
Di posisi kelima ada tim Tottenham Hotspur yang sukses mencatatkan 1563 gol sejak Premier League digelar 27 tahun lalu. Tottenham meraih gol ke-1500 pada bulan November musim lalu melalui gol pertama Juan Foyth di EPL saat melawan Crystal Palace.
1563 gol Tottenham dicetak oleh 147 pemain berbeda, dimana Tottenham telah memiliki pemenang Golden Boot Premier League, yakni Teddy Sheringham (1992/1993) dan Harry Kane (2015/2016 & 2016/2017).
Chelsea – 1793 gol
Peraih gelar Premier League lima kali ini berada di posisi keempat dalam daftar ini dengan mencetak 1793 gol selama era Premier League. Musim terbaik Chelsea yakni pada musim 2009/2010, dimana Didier Drogba mengklaim Golden Boot saat Carlo Ancelotti mengamankan gelar ke-103.
Mick Harford mencetak gol pertama untuk Chelsea di era Premier League selama pertandingan melawan Oldham yang berakhir imbang 1 – 1 di bulan Agustus 1992, sementara itu Christian Pulisic menjadi pencetak teranyar Chelsea setelah menjebol gawang Burnley dengan tiga gol minggu lalu.
Liverpool – 1797 gol
Sedikit di atas Chelsea ada Liverpool yang mencetak empat gol lebih banyak dari rival London mereka dengan 1797 gol sepanjang era Premier League.
Liverpool menjadi klub yang memiliki pemenang Golden Boot terbanyak dengan empat pemain termasuk menjadi satu – satunya klub dalam sejarah Premier League yang dua pemainnya berbagi penghargaan tersebut di musim yang sama (Mohamed Salah dan Sadio Mane, 2018/2019).
Robbie Fowler menjadi pencetak gol terbanyak bagi Liverpool di era Premier League ini. catatan 128 golnya sedikit di atas Steven Gerrard dan Michael Owen.
Arsenal – 1860 gol
Klub yang mendekati pencapaian Manchester United dalam hal pencapaian 2000 gol di Premier League adalah rival lama United, Arsenal. Arsenal bersama Liverpool berbagi catatan rekor yang sama yakni enam pemenang Golden Boot.
Empat kemenangan Golden Boot yang dimiliki Arsenal datang dari sang ikonik Thierry Henry yang berada diatas Ian Wright sebagai pencetak gol terbanyak klub di Premier League dengan 178 gol.
1860 gol Arsenal berasal dari 1048 laga dengan rata – rata per laga menghasilkan 1.77 gol selama sejarah Premier League. Gol – gol inilah yang mengantarkan Arsenal meraih tiga gelar Premier League meskipun gelar terakhirnya diraih pada musim 2003/2004 lalu.
Manchester United – 2002 gol
Manchester United menjadi pemuncak daftar peringkat ini. Tim tersukses di era Premier League yang telah dianugerahi 13 gelar sejak gelaran ini dilangsungkan pada musim 1992.
Gol ke-2000 Manchester United dicetak oleh McTominay dan dua gol tambahannya masing – masing dipersembahkan oleh Marcus Rashford dan Anthony Martial.
Pencetak gol pertama United di era Premier League adalah Mark Hughes saat United bertemu Sheffield yang berakhir dengan skor 2 – 1 di bulan Agustus 1992. Sementara itu Cristiano Ronaldo mencetak gol ke-1000 United saat melawan Middlesbrough di Oktober 2005 lalu.
Wayne Rooney menjadi pencetak gol terbanyak di Manchester United dengan raihan 183 gol dan merupakan total gol terbanyak untuk satu klub di Premier League.
Wanita ini berhenti kerja, tak memiliki rumah dan tak punya rencana masa depan apapun, namun enam bulan kemudian, Jessica Malones mengunjungi 13 negara di tiga benua untuk menyaksikan 60 pertandingan sepakbola.
Warga Amerika Serikat ini yang bahkan memberi nama anjing peliharaannya seperti nama pesepakbola legendaris dunia, Zinedine Zidane dan memfavoritkan klub Newcastle United, telah mendatangi 44 stadion sejak April lalu untuk menonton sepakbola.
Malone bekerja untuk firma konsultan lingkungan selama 10 tahun terakhir sebelum akhirnya memutuskan berhenti pada bulan April lalu. Awalnya ia tidak berencana untuk berhenti kerja, namun saat Piala Dunia Wanita yang digelar di Perancis akan segera dilangsungkan, ia memutuskan untuk berhenti lebih awal.
“Hal ini sebenarnya tidak direncanakan. Saya telah tinggal di tempat kerja selama enam bulan dengan barang – barangku berada di gudang. Saya tidak punya rumah sehingga saat memutuskan berhenti saya tidak punya rencana apa – apa, yang saya tahu saya harus pergi dan berpikir kemudian.” ujar Malone.
“Saya memikirkan apa yang paling ingin saya lakukan dan hal itu adalah menonton Lionel Messi bermain. Saya memikirkan beberapa stadion dan klub, jika saya tidak melihat mereka bermain seumur hidup saya, apa yang akan saya lakukan ?”
Malone kemudian mengunjungi Spanyol, Perancis, Italia dan Hungaria dan mendatangi stadion – stadion terbesar di Eropa termasuk Nou Camp Barcelona dan San Siro AC Milan.
Impiannya menjadi kenyataan saat menyaksikan langsung Lionel Messi mencetak gol kemenangan melawan Levante yang menyelamatkan gelar ke-26 Barcelona di La Liga pada akhir April lalu, sebelum akhirnya juga menyaksikan Barcelona mengalahkan Liverpool 3 – 0 di leg pertama semifinal Liga Champions empat hari kemudian.
“Menyaksikan Messi bermain sungguh sangat berkesan. Semuanya tampak mengalir untuknya. Saya telah beberapa kali menyaksikan pertandingan sepakbola namun menonton langsung Messi bermain seperti mimpi rasanya.”
Malone pernah mengunjungi stadion – stadion terbesar di Inggris termasuk Old Trafford, Anfield, Wembley, Emirates, Stamford Bridge dan Etihad Stadium, namun St James Park milik Newcastle United menjadi favoritnya.
“Saya sangat menyukainya! Saya menyaksikan Newcastle menang atas Manchester United di Premier League dan hal tersebut sangat hebat. Saya memang menyukai stadion lama karena spesial. Selama ini saya memang berencana untuk mengunjunginya.”
Kecintaan Malone pada Newcastle berkembang di musim 1998 – 1999, saat Alan Shearer mengakhiri kampanyenya sebagai pencetak gol klub terbanyak dengan 21 gol. Newcastle saat itu berakhir mengecewakan di posisi ke-13 namun menjadi runner-up di Piala FA.
“Saya tidak punya klub favorit jadi saya selalu mencoba untuk mendukung klub – klub yang kurang terkenal di Amerika. Newcastle tidak memiliki banyak penggemar di Amerika.”
“Saya pernah menyaksikan laga tandang Newcastle melawan Watford di bulan Desember dan penggemarnya menghabiskan seluruh waktu pertandingan dengan bernyanyi, saat itu saya merasa harus menyaksikan sendiri laga kandang mereka.”
Balik ke tahun 1998 saat pertama kalinya Malone menyukai sepakbola. Tim nasional Amerika Serikat kalah tiga pertandingan grup di Piala Dunia, namun Malone yang menggilai Spice Girls malah jatuh cinta dengan tim nasional Inggris termasuk Alan Shearer.
“Saya ingat saat menyaksikan pertandingan melawan Argentina (saat Inggris kalah di penalti) dan merasa sangat putus asa tanpa alasan yang jelas karena saya sama sekali tidak punya kaitan apa – apa dengan dua tim tersebut. Saya suka keseluruhan Piala Dunia saat itu dan bahkan menamakan anjing peliharaanku Zinedine Zidane.”
Setelah menjelajahi Eropa dan mengunjungi stadion Ajax Johan Cruyff Arena serta Stadio Olimpico di Roma, Malone kemudian terbang ke Brazil, Argentina dan Uruguay.
Bepergian sendiri apalagi seorang perempuan merupakan langkah yang berani namun Malone meyakinkan bahwa dirinya benar – benar merencanakan segala hal dengan matang di tiap perjalanannya.
“Karena saya tak bekerja, saya punya waktu banyak untuk mencari tahu apapun itu. Saya menyukai kick-off di siang hari namun di Eropa seringkali dimulai lebih lama. Saya harus berhati – hati. Saya tidak memakai apapun yang menarik perhatian dan tidak minum banyak saat menyaksikan pertandingan seorang diri.”
Malone seringkali mendapatkan pertanyaan mengapa dirinya menyaksikan pertandingan sepakbola, yang mana menurutnya melelahkan.
“Saat saya di Rusia menyaksikan Piala Dunia, saya ditanya saat berada di festival tentang keberadaanku disana. Mereka akan menanyakan hal – hal tentang apakah saya punya pacar atau suami dan saya harus menjelaskan bahwa saya disana sendirian seperti kebanyakan orang lainnya.”
“Namun di pertandingan di Amerika Selatan dan Tengah ada banyak wanita yang juga menyaksikannya, jadi orang – orang tidak aneh dengan keberadaanku disana.”
Perjalanan Malone akan berakhir pada Rabu dengan pertandingan finalnya adalah laga kedua semifinal Copa Libertadores antara River Plate melawan Boca Juniors.
“Pertandingan adalah pertandingan yang tidak pernah saya bayangkan dapat saya saksikan langsung. Tak dapat dipercaya waktunya bisa pas. Saya akan mulai mencari pekerjaan baru di Oktober nanti dan kembali bekerja. Saya merasa telah melakukan apa yang harus saya lakukan.”
Dalam permainan sepak bola, teknik menggiring bola sering kali salah dilakukan. Banyak pemain sepak bola pemula yang kesulitan untuk melakukan teknik yang satu ini. Meskipun sulit, namun akan lebih mudah dilakukan jika kamu mengetahui cara menggiring bolanya dengan benar.
Bagi kamu yang ingin memperbaiki cara menggiring bola, berikut ini adalah cara yang paling tepat:
Cara yang paling banyak digunakan para pemain sepak bola profesional saat menggiring bola adalah dengan menggunakan kaki luar. Cara melakukannya adalah dengan berdiri tegak dan fokus pada arah tendangan. Kemudian rentangkan tangan sedikit agak ke samping untuk menyeimbangkan badan ketika menggiring bola.
Tendang bola dengan menggunakan kaki bagian luar sambil tetap mengunci kaki bagian dalam. Angkat kaki tidak jauh dari permukaan tanah ketika menggiring bola dan hentikan bola dengan menggunakan telapak kaki.
Selain dengan menggunakan kaki bagian luar, menggiring bola juga dapat dilakukan dengan kaki bagian dalam. Caranya adalah dengan berdiri tegak dan juga fokus pada arah yang akan dituju. Biarkan tangan rileks di samping tubuh agar tubuh seimbang.
Buka kaki bagian dalam dan giring bola dengan menggunakan kaki bagian dalam tersebut. Usahakan untuk mempertahankan posisi kaki yang agak dibuka sedikit sambil menggiring bola ke depan. Selaraskan gerakan kaki yang menggiring bola dengan kaki tumpuan.
Hentikan bola dengan menggunakan telapak kaki ketika telah sampai di tujuan. Pindahkan seluruh berat badan pada kaki yang menumpu di tanah dan kembali fokus untuk melanjutkan menggiring bola atau melakukan shooting.
Punggung kaki juga dapat digunakan untuk menggiring bola. Pertama, sikap awal sama dengan gerakan sebelumnya yakni dengan berdiri tegak lurus dan fokus ke arah tujuan. Kemudian putar pergelangan kaki agak ke bawah dan mulai menendang bola dengan menggunakan punggung kaki.
Bawa berat badan ke depan bersamaan dengan bola sambil ditumpu pada kaki penopang. Seimbangkan badan dengan kedua tangan agak ditekuk ke belakang di samping badan. Hentikan bola menggunakan telapak kaki sambil menjaga badan tetap seimbang dengan kaki lainnya.
Itulah cara menggiring bola dengan baik dan benar yang perlu diperhatikan. Lakukan latihan dengan rutin untuk menyempurnakan gerakan menggiring bola.