Julian Nagelsmann lahir di Lansberg am Lech, Jerman Barat, 31 tahun silam. Berposisi sebagai bek tengah, Nagelsmann tak pernah sekalipun mencicipi pertandingan dalam karir professional sepakbolanya. Cidera lutut kambuhan yang sering mendera mengakhiri karirnya sebagai pemain pada level U19.
Tak mau lepas dari dunia sepakbola, Julian Nagelsmann memutuskan untuk menjadi asisten pelatih Hoffenheim, melatih tim U19 dari musim 2012/2013 sampai 11 Februari 2016. Menjadi pelatih tim utama Hoffenheim setelah Huub Stevens mengalami gangguan kesehatan yang memaksanya mundur.
Dikenal luas sebagai juru taktik yang cerdik, Nagelsmann secara konstan menemukan cara – cara baru yang inovatif untuk mengeluarkan kemampuan terbaik setiap pemain.
Musim pertama membesut Hoffenheim, dia mampu menciptakan sejarah untuk timnya, lolos pertamakalinya ke ajang Liga Champions dengan finish di urutan 4 klasemen. Musim berikutnya hasil yang dicapai lebih baik lagi, posisi 3 besar Bundesliga yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Sukses membesut Hoffenheim membuat RB Leipzig merekrut sang juru taktik untuk menukangi Leipzig musim 2018/2019.
The Zuzenhausen Footbonauts
Pertama kali dipraktekkan di Borussia Dortmund, Footbonauts diciptakan oleh Christian Guttler. Kandang robotik selebar 14 meter yang akan menembakkan bermacam umpan maupun tendangan dari berbagai sudut. Tempat ini digunakan untuk menajamkan insting pemain menerima dan mengumpan bola.
Hoffenheim membeli Footbonauts system tahun 2014 dan hasilnya terlihat saat Nagelsmann menjadi pelatih.
Layar Feedback 6 x 3 meter
Tidak sampai hanya sebatas itu, pada musim panas 2017, Nagelsman Cs mendirikan layar berukuran 6 x 3 meter di garis tengah pinggir lapangan latihan. Layar ini digunakan untuk memberikan feedback pada pemain, dengan bantuan 4 kamera, perihal latihan yang dijalani.
Gambar dari kamera, terpasang 2 di menara dekat layar & 2 disetiap gawang, dapat dilihat pada layar yang dikendalikan oleh staff kepelatihan, bisa di stop, percepat maupun diputar ulang.
Julian Nagelsmann juga mampu menghighlight rekaman dan mengilustrasikan yang diinginkannya dengan iPad, juga memberikan analisa mengenai kemampuan lawan langsung di lapangan latihan, bukan dalam kantor, yang membuat strategi persiapan terencana lebih matang.
“Kita bisa membiarkan para pemain berada pada posisinya saat bermain, tetapi harus memberikan juga solusi.” Ungkap Nagelsmann “untuk itu, saya memegang iPad yang akan saya gunakan mengontrol kamera. Ketika saya menampilkan situasi masalah, saya mampu memberikan solusi dan meningkatkan kemampuan pemain dari iPad.”